Friday, November 10, 2006

Anak Sang Bima














Jabatan raja diwarisi turun-temurun. Pada suatu masa, ada keturunan Indra Zamrud yang memiliki 30 anak, dua puluh lelaki dan 10 perempuan. Anak lelakinya dijadikan raja di beberapa daerah Sumbawa. Antara lain Dompu, Bima, dan Sumbawa.
Dari sini, menurut Maryam, ada sepotong kisah yang hilang. Tidak terdapat dalam naskah kuno Bo Sangaji Kai yang baru sebagian kecil sempat dia baca.
Lanjutannya langsung masuk pada perubahan kerajaan menjadi kesultanan atau ketika pertama kali Islam masuk Bima sekitar abad 16. Catatan ini melahirkan banyak kisah baru. Antara lain berdirinya Kampung Melayu di Kota Bima (lihat halaman 6). Kesultanan Bima mengakhiri masa pemerintahan saat Indonesia merdeka 1945.
Raja-raja Sumbawa memutuskan untuk bergabung. Sultan Muhammad Salahuddin, ayahanda Siti Maryam, merupakan sul­tan terakhir Bima. Sesuai dengan UU No 1 Tahun 1957 tentang penghapusan daerah swapraja, Maryam kemudian menyerahkan bangunan kerajaan kepada pemda dan kini dijadikan museum.
Sebagian peninggalan kesultanan berupa mahkota, pedang, hingga furnitur disumbangkan. Sedangkan sebagian lagi disimpan di Samparaja, museum pribadi Maryam bersaudara. Dirawat untuk melengkapi berbagai kenangan tentang ayahanda, juga rentetan jejak langkah sultan-sultan sebelumnya. (S-1)

3 comments:

mysyb said...

Tulisan Arab Melayu (ARMEL) telah dilupakan banyak pihak, khususnya dunia usaha dan dunia kerja. Saat ini anak-anak sekolah SD & SMP di Riau masih mempelajari penulisan tersebut.

Menurut kami, ada beberapa pola untuk melestarikan armel, salah satunya lewat siklus ekonomi. Setiap ada kebutuhan pasti ada suplai, rumus ekonomi inilah yang sebaiknya digunakan oleh Pemda untuk melestarikan armel.

Sebagai contoh bila administrasi intern perkantoran pemda Riau semuanya menggunakan aksara arab melayu dengan sendirinya akan ada kebutuhan editor arab melayu yang bisa link dengan MS Office dan bisa digunakan disemua bentuk komputer saat ini. Contoh detailnya lagi bila regulator yang dikeluarkan oleh pemda seperti Izin-izin, Akte Kelahiran, KK, KTP, SIM, IMB, SIUP,SITU dan sebagainya diterbitkan dalam aksara melayu dengan sendirinya kita dapat melestarikan aksara tersebut karna dibutuhkan ditingkat dunia kerja.

Dengan demikian Armel tidak sebatas untuk dipelajari anak-naak selkolah semata, namun tetap dipergunakan sebagai media komunikasi didunia usaha dan dnuia kerja, yang dengan sendirinya akan lestari dan Riau dapat dijadikan pusat pelestarian arab melayu sesuai visi 2020 RIAU.

Sebagai langkah awal untuk mendapatkan Editor Arab Melayu secara cuma-cuma dapat menghubungi :

1. Lembaga Adat Melayu Riau dengan Bapak Suwarto hp. 08127638000.
2. IAIN Rianiry Banda Aceh dengan Bapak Cut Azwar hp.08566033901.
3. IAIN Medan/Sumut dengan Bapak Irwan Nasution 08126024032.
4. Balai Bahasa Sumut dengan Bapak Sihombing 08126054470.

citralekha said...

Sebenarnya ada yang lebih penting dari Armel, aksara Bima sendiri mulai terlupakan, padahal itu asli milik budaya Bima lho sebelum Islam datang.. Sebaiknya itu juga dilestarikan. jangan Armel saja yang dilestarikan.

chunk02 said...

waw keren,, ada artikel yang lebih rinci tidak mengenai kerajaan bima???

historykomunal.blogspot.com