Kekhawatiran Maryam
Masih menumpuknya naskah kuno jelas membuat dia khawatir. Dalam setiap perbincangan, Maryam yang kini memasuki usia 80 tahun sering melontarkan pertanyaan, "Mengapa generasi muda sekarang jarang tertarik mengetahui bagian sejarah negeri sendiri?" Kekhawatiran itu kian bertambah karena tulisan Arab Melayu Bo Sangaji Kai tidak bisa begitu saja diterjemahkan. Pasalnya, banyak menggunakan istilah-istilah dalam bahasa Bima. Itu berarti, para ahli harus bekerja sama dengan orang yang mengerti bahasa dan sejarah Bima.
Maryam juga mengungkapkan kekhawatiran akan punahnya aksara Bima. Sampai sekarang, dia sendiri masih terus belajar. "Belum lancar," katanya. Tapi untung ada seorang mahasiswa IAIN Mataram,
Dulu, kisahnya, ada seorang filolog dari Negeri Kincir Angin menunjukkan minat serupa. Datang menemui Maryam di Mataram, membawa foto kopi huruf yang diperoleh dari sebuah lontar yang sudah lama disimpan di salah satu museum di Belanda. "Setelah dicocokkan, huruf itu ternyata aksara Bima. Dia belajar, me-ngeja satu per satu, kemudian saya rangkai. Tapi sekarang dia sudah meninggal. Jadi berkurang satu orang yang mengenal aksara Bima," tutur Maryam.
Untuk melestarikan bahasa Bima, Maryam punya cita-cita besar. Pada Juli 2007, dia akan meluncurkan keberadaan aksara Bima pada seminar internasional naskah Bima di Bima. Sebuah lompatan besar karena seminar itu akan dihadiri banyak ahli sejarah, arkeologi, dan filologi. Sedikitnya 10 negara sudah memberi konfirmasi kehadiran para ahlinya. (S-1)
2 comments:
Maaf, apakah tersedia gambar aksara Bima LENGKAP? Saya cari-cari via Google tidak ketemu. Sy ingin mempelajarinya.. Terima kasih..
Info yang menarik lenga,, perkaya lagi... salam kenalsama2 blogger mbojo.. baca juga artikel saya Software Akuntansi Laporan Keuangan Terbaik
Post a Comment